Kurikulum Sebagai Sistem

BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang
Dalam kaitannya dengan masalah kurikulum yang menjadi pembahasan tulisan ini maka kurikulum sebagai obyek kita pandang sebagai sistem yang terdiri komponen-komponen yang satu dengan yang lain saling berhubungan dan bergantung.
Banyak analisa yang dilakukan terhadap kurikulum sebagai suatu sistem di mana antara analisa yang satu dengan yang lain mempunyai banyak kesamaan dalam memandang kurikulum sebagai sekumpulan pengalaman belajar. Secara spesifik Hilda Taba mengatakan bahwa kurikulum sebagai sistem yang terdiri dari komponen-komponen tujuan (umum dan khusus), seleksi dan organisasi bahan, corak atau pola belajar mengajar dan program evaluasi terhadap hasil belajar mengajar.
Kualitas proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru. Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuannya guru dalam proses belajar-mengajar, perlu secara terus-menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun, seringkali guru masih memerlukan bantuan dari orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur, dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka. Pengetahuan tentang supervisi memberikan bantuan kepada guru dalam merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.

B.   Rumusan Masalah
1.         Apakah maksud kurikulum sebagai sistem?
2.         Apa saja komponen-komponen dalam kurikulum?

C.   Tujuan
1.         Untuk mengetahui maksud kurikulum sebagai sistem.
2.         Untuk mengetahui komponen-komponen dalam kurikulum.
 
BAB II
PEMBAHASAN


A.       Kurikulum Sebagai Sistem
Sistem adalah suatu kesatuan sejumlah elemen (objek, manusia, kegiatan, informasi, dsb) yang terkait dalam proses atau struktur dan dianggap berfungsi sebagai satu kesatuan organisasai dalam mencapai satu tujuan.
Jika pemahaman sistem diatas dipergunakan melihat kurikulum itu ada sejumlah komponen yang terkait dan berhubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, dipandang sistem terhadapa kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan.
Definisi diatas memberikan gambaran bahwa pendekatan sistem dalam pengembangan kurikulum merupakan bentuk berputar dan dinamis dimana empat komponen dari suatu model saling berhubungan.
Untuk mendapatkan rumusan tentang pengertian kurikulum, para ahli mengemukakan pandangan yang beragam. Dalam pandangan klasik, lebih menekankan kurikulum dipandang sebagai rencana pelajaran di suatu sekolah. Pelajaran-pelajaran dan materi apa yang harus ditempuh di sekolah, itulah kurikulum. Dalam pandangan modern, pengertian kurikulum lebih dianggap sebagai suatu pengalaman atau sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan.
Untuk mengakomodasi perbedaan pandangan tersebut, dikemukakan bahwa konsep kurikulum dapat ditinjau dalam empat dimensi, yaitu:
  1. Kurikulum sebagai suatu ide, yang dihasilkan melalui teori-teori dan penelitian, khususnya dalam bidang kurikulum dan pendidikan.
  2. Kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, sebagai perwujudan dari kurikulum sebagai suatu ide, yang didalamnya memuat tentang tujuan, bahan, kegiatan, alat-alat, dan waktu.
  3. Kurikulum sebagai suatu kegiatan, yang merupakan pelaksanaan dari kurikulum sebagai suatu rencana tertulis, dalam bentuk praktek pembelajaran.
  4. Kurikulum sebagai suatu hasil yang merupakan konsekwensi dari kurikulum sebagai suatu kegiatan, dalam bentuk ketercapaian tujuan kurikulum yakni tercapainya perubahan perilaku atau kemampuan tertentu dari para peserta didik.
Dalam perspektif kebijakan Pendidikan Nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Kurikulum memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan teori pendidikan. Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori kurikulum dan teori kurikulum dijabarkan berdasarkan teori pendidikan tertentu. Ada 4 (empat) teori pendidikan, yaitu : (1) Pendidikan Klasik, (2) Pendidikan Pribadi, (3) Teknologi Pendidikan, dan (4) Pendidikan Interaksional.

1. Pendidikan Klasik
Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan Pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
3. Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam konsep pendidikan teknologi, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus. Isi pendidikan berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
4. Pendidikan Interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan kehidupan manusia, maka penyusunan kurikulum tidak dapat dilakukan secara sembarangan. Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam. Penyusunan kurikulum yang tidak didasarkan pada landasan yang kuat dapat berakibat fatal terhadap kegagalan pendidikan itu sendiri. Dengan sendirinya, akan berakibat pula terhadap kegagalan proses pengembangan manusia.
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti: politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.


B.   Komponen Tujuan
          Tentang komponen tujuan ini kita akan mengenal tingkat-tingkat tujuan yang satu dengan yang lain merupakan suatu kesatuan dalam mewujudkan cita-cita pendidikan dalam konteks pembangunan manusia Indonesia.
         Kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan.
          Ada dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum suatu sekolah :
1)      Tujuan Yang Ingin Dicapai Sekolah Secara Keseluruhan
           Selaku lembaga pendidikan, setiap sekolah mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapai. Tujuan-tujuan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki murid setelah mereka menyelesaikan seluruh program pendidikan dari sekolah tersebut.
           Tujuan dari sekolah tersebut kita namakan tujuan Institusional atau tujuan lembaga, misalnya tujuan SD, tujuan SMP, tujuan SPG dan seterusnya. Atas dasar tujuan-tujuan Institusional inilah kemudian ditetapkan bidang-bidang studi atau bidang pengajaran yang akan diajarkan pada sekolah yang bersangkutan.

2)      Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi
            Di samping tujuan institusional yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan, setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan-tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan sikap yang kita harapkan dimiliki oleh murid setelah mempelajari suatu bidang studi pada suatu sekolah tertentu. Oleh karena itu ada tujuan IPA dan SD tujuan matematika di SMP, tujuan ilmu keguruan di SPG, dan sebagainya.
           Tujuan-tujuan setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah tertentu ada yang kita sebut tujuan kurikuler dan ada pula yang kita sebut tujuan instruksiona, di mana tujuan instruksional merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan kurikuler. Atas dasar tujuan kurikuler dan tujuan instruksional inilah kemudian ditetapkan bahan pengajaran yang diajarkan dalam setiap bidang studi pada suatu sekolah tertentu.
           Dalam hubungannya dengan pembahasan tujuan pendidikan ini berikut diulas tentang tujuan pendidikan secara hirarkis sesuai dengan urutan tujuan yang ada di Indonesia.
           Urutan tujuan pendidikan tersebut diawali dari tujuan Pendidikan Nasional, kemudian tujuan institusional, tujuan kurikuler sampai pada tujuan instruksional.
1)      Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan Pendidikan Nasional adalah merupakan tujuan pendidikan yang tertinggi dalam kegiatan di negara kita. Tujuan ini sangat umum dan sangat ideal, yang penggambarannya disesuaikan dengan falsafah negara yaitu Pancasila.
Selanjutnya dalam GHBN telah digariskan tujuan Pendidikan Nasional adalah :
         “Tujuan Pendidikan Nasional adalah membentuk manusia pembangunan sehat jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tanggungrasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan sesama manusia dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945”.
         Secara eksplisit maka tujuan pendidikan nasional itu dapat dijabarkan sebagai membentuk manuisa yang: pancasilais;
·         Sehat jasmani dan rohani;
·         Berpengetahuan dan berketrampilan;
·         Bertanggung jawab;
·         Demokrasi;
·         Tanggung rasa;
·         Cerdas;
·         Berbudi pekerti yang luhur dan
·         Mencintai bangsa dan sesamanya.
2)      Tujuan Institusional
         Sistem persekolahan di negara kita adalah berjenjang yang melembaga pada suatu tingkatan. Untuk itu maka pada tiap lembaga hendaknya juga digariskan adanya suatu tujuan pendidikan yang kita sebut tujuan institusional. Selanjutnya kita akan mengenal tujuan institusional SD, SMP, SMA, SKKA, STM, SPG dan sebagainya.
         Tentu saja tujun institusional itu hendaknya mencerminkan dan menggambarkan tujuan pendidikan nasional yang akan dicapai melalui lembaga pendidikan itu. Agar tidak terjadi penyimpangan maka tiap tujuan institusional harus didahului dengan pengertian pendidikan, dasar pendidikan dan tujuan pendidikan nasional. Hal ini di samping untuk menghindari penyimpangan juga untuk menghindari salah penafsiran yang memungkinkan tidak tercapainya tujuan pembangunan dan pendidikan nasional.






C.   Komponen Organisasi dan Strategi
       Di samping tujuan , setiap kurikulum juga mengandung unsure organisasi dan strategi.
1.      Organisasi
        Struktur (susunan) program suatu kurikulum mengenal apa yang disebut struktur horizontal dan struktur vertikal.
a.      Struktur Horizontal
       Struktur horizontal suatu kurikulum berkenaan dengan apakah kurikulum itu diorganisasikan dalam bentuk:
1.      Mata-mata pelajaran secara terpisah (subject-centered) misalnya: biologi, fisika, sejarah, ilmu bumi dan sebagainya atau
2.      Kelompok-kelompok mata pelajaran yang kita sebut bidang studi (broadfied) misalnya: IPS, IPA, Kesenian, Matematika, dan sebagainya atau
3.      Kesatuan program tanpa mengenal mata pelajaran maupun bidang studi (integrated program).
Selanjutnya, dalam struktur horizontal tercakup pula jenis-jenis program yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut, misalnya program pendidikan umum, program pendidikan keguruan, program spesialisasi dan sebagainya.

b.      Struktur Vertikal
       Struktur vertical suatu kurikulum berkenaaan dengan apakah kurikulum tersebut dilaksanakan melalui:
1.      Sistem Kelas, misalnya kelas I, II, III, dan seterusnya di mana kenaikan kelas diadakan disetiap tahun secara serempak atau
2.      Program tanpa kelas, di mana perpindahan dari suatu tingkat program ke tingkat program berikutnya dapat dilakukan setiap waktu tanpa harus menunggu teman-teman yang lain atau
3.      Kombinasi antara system a dan b.
Selanjutnya, dalam struktur vertical ini tercakup pula system unit waktu yang digunakan, misalnya apakah system semester atau catur wulan.
Akhirnya struktur program ini menyangkut pula masalah penjadwalan dan pembagian waktu untuk masing-masing bidang studi/isi kurikulum pada setiap tingkat atau kelas.
2.      Strategi
        Strategi pelaksanaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang ditempuh di dalam melaksanakan pengajaran, cara di dalam mengadakan penilaian, cara di dalam melaksanakan bimbingan dan penyuluhan, dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan.
        Cara dalam melaksanakan pengajaran mencakup baik cara yang berlaku secara umum, maupun cara dalam menyajikan setiap bidang studi, termasuk cara (metode) mengajar dan alat pelajaran yang digunakan.
        Komponen metode ini menyangkut metode atau upaya apa saja yang dipakai agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Dalam hal ini tentu  saja metode yang dipergunakan hendaknya relevan terhadap tujuan yang sudah ditetapkan  sebelumnya, dengan mempertimbangkan kemampuan guru, lingkungan anak serta sarana pendidikan yang ada. Dalam pelaksanaannya tidak ada satu metode yang baik untuk segala tujuan; atau dengan kata lain kita harus memperhatikan tujuan dan situasi, karena suatu metode cocok untuk mencapai suatu tujuan akan tetapi belum tentu cocok untuk mencapai suatu tujuan yang lain. Untuk itu guru harus mengetahui kapan ia harus menggunakan kombinasi metode mengingat sifat-sifat polyvalent dan polipragmatis dari suatu metode.
        Dengan polipragmatis dimaksud adalah penggunaan satu metode untuk mencapai tujuan lebih dari satu tujuan; sedang polyvalent adalah penggunaan lebih dari satu metode untuk mencapai satu tujuan. Dalam metode penyampaian seperti kurikulum yang berlaku misalnya (kurikulum 1975) yang menggunakan pendekatan PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) yang dikembangkan melalui satuan pelajaran dan modul. Dengan metode ini proses pengajaran (belajar mengajar) dipandang sebagai suatu system. Adapun macam-macam metode dapatlah kita kemukakan sebagai contoh metode ceramah, Tanya jawab, demonstrasi, sosiodrama, bermain peranan, kerja kelompok diskusi, symposium, seminar, dan sebagainya.

D.   Komponen Sarana dalam Kurikulum meliputi:
       1.    Sarana Personal yang terdiri dari:
a.    Guru
b.    Tenaga edukatif yang tidak mengajar seperti konselor
c.    Tenaga teknis non edukatif misalnya Tenaga Tata Usaha
d.   Tenaga khusus dan penasihat misalnya Kepala Inspeksi

      2.    Sarana Material yang terdiri dari:
             a.  Bahan Instruksional dalam bentuk bahan instruksional, teksbook, alat atau media pendidikan, sumber yang menyediakan bahan instruksional atau pengalaman belajar dan sebagainya.
             b.  Sarana fisik yang terdiri dari gedung sekolah, kantor, laboratorium, lapangan, halaman sekolah dan sebagainya.
             c.  Biaya operasional yaitu tersedianya biaya dan dana untuk penyelenggaraan

      3.    Sarana Kepemimpinan
      Sarana kepemimpinan ini akan member dukungan dan pengamanan pelaksanaan, serta memberi bimbingan, pembinaan dan menyempurnakan program pendidikan.

  4.  Sarana Administratif
              Sarana administrative di sini dapat disebutkan sebagai:
              a.  Pedoman Khusus Bidang Pengajaran
              b.  Pedoman Penyusunan Satuan Pelajaran
              c.  Pedoman Praktek Keguruan
              d.  Pedoman Bimbingan Siswa
              e.  Pedoman Administrasi dan Supervisi



E.    Komponen Evaluasi
              Pendidikan adalah sebagian dari keperluan manusia. Sekolah pun merupakan keperluan dari masyarakat. Untuk itu maka sekolah termasuk juga di dalamnya juga harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu kurikulum sebagai bahan konsumsi dari anak didik dan sekaligus juga konsumsi bagi masyarakat juga harus dinilai terus menerus serta menyeluruh terhadap bahan atau program pengajaran. Di samping itu penilaian terhadap kurikulum dimaksudkan juga sebagai feedback terhadap tujuan, materi, metode dan sarana dalam rangka membina dan memperkembangkan kurikulum lebih lanjut. Sedangkan penilaian dapat dilakukan oleh semua pihak baik dari kalangan masyarakat luas maupun dari kalangan petugas-petugas pendidikan.






BAB III
PENUTUP


A.    Kesimpulan
            Sistem terhadap kurikulum, artinya kurikulum itu dipandang memiliki sejumlah komponen-komponen yang saling berhubungan, sebagai kesatuan yang bulat untuk mencapai tujuan. Dalam komponen kurikulum ada hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan, yaitu: a. Komponen Tujuan, b. Komponen Organisasi dan Strategi, d. Komponen Sarana dalam Kurikulum Lembaga dan Komponen Evaluasi.

B.    Saran
            Saran yang dapat kami berikan dalam makalah ini adalah diharapkan dalam penyusun bahan penjelasan mengenai komponen kurikulum agar lebih diperbaiki dan lebih spesifik lagi, agar para pembaca dapat dengan mudah memahami materi yang di bahas serta kita juga harus lebih menambah wawasan untuk mengetahui dan mengembangkan ilmu yang telah dibahas dalam makalah ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGELOLAAN LABORATORIUM - MENGITUNG KEBUTUHAN UKURAN RUANG LABORATORIUM

ANTROPOLOGI KULINER