PEREDARAN DARAH

1. Peredaran Darah
Darah dari ventrikel kiri dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta, kemudian pembuluh darah Aorta bercabang-cabang menjadi arteri dan arteri bercabang lagii membentuk aeteriol / arteri yang lebih kecil yang tersebar dan bisa mengakses ke seluruh sel tubuh kita .Selanjutnya darah dikembalikan ke jantung bagian kanan tepatnya ke serambi kanan)/ ventrikel dexter melalui vena cava baik Vena cava superior ( tubuh sebelah atas jantung ) maupun Vena cava inferior. Sirkulasi darah antara jantung dan seluruh tubuh berjalan satu arah. Darah dari ventrikel kanan dialirkan ke paru-paru kemudian kembali ke jantung dan diedarkan ke seluruh tubuh dari ventrikel kiri melalui aorta. Aorta akan bercabang-cabang menjadi arteri, arteriola / pembuluh kapiler. Selanjutnya dikembalikan ke jantung melalui venula -vena - vena cava (pembuluh balik). Darah diedarkan ke seluruh tubuh dengan cara dipompa oleh jantung. Artinya darah dari tubuh masuk ke rongga jantung , kemudian dengan melakukan kontraksi - relaksasi ( berdetak ) memungkinkan darah dari rongga jantung keluar dari jantung.

2.  Tabel Golongan Darah

Nama
Gol. Darah
Aglutinogen
Aglutinin
Sbg donor pd..
Siti Afifatus S.
O
_
a dan b
A, B, AB, O
Rika Zahrotul I.
O
_
a dan b
A, B, AB, O
Rully Siti N.
A
a
b
A, AB

3. Cara melakukan tes golongan darah
A.  Alat dan bahan

1.      Gelas obyek
2.      Blood lanset (alat penusuk)
3.      Kapas
4.      Satu set antiserum
5.      Tusuk gigi
6.      Alkohol 70%

B.  Cara Kerja
`Menentukan golongan darah
1.      Meneteskan sampel darah pada gelas obyek di kedua tempat dan memberikan identitas A untuk yang sebelah kiri sementara identitas B untuk sebelah kanan.
2.      Meneteskan zat anti A pada sampel darah A kemudian mengeduknya hingga merata.
3.      Meneteskan zat anti B  pada sampel darah B kemudian mengaduknya hingga merata.
C. Pembahasan
Cara pengujian golongan darah adalah beberapa hal yang sudah tertera dalam cara kerja. Kemudian untuk menentukan golongan darah seseorang adalah dengan mencocokkan dengan ketentuan sebagai berikut :
1    Bila sample darah + zat anti A = menggumpal, berarti golongan darah A
2.      Bila sample darah + zat anti B = menggumpal, maka golongan darah B.
3.      Bila sample darah + zat anti A = tidak menggumpal dan ditambah zat anti B = menggumpal, berarti golongan darah AB.
4.      Bila sample darah + zat anti A = tidak menggumpal dan ditambah zat anti B = tidak menggumpal, berarti golongan darah O
4. Tranfusi Darah
Apakah darah yang ditransfusikan harus selalu sama golongannya? Adakah faktor lain yang perlu dipertimbangkan?
Tidak harus selalu sama, tetapi diusahakan/diupayakan proses tranfusi darah dari golongan yang sama. Tranfusi darah universal dapat dilakukan dengan berbagai pertimbangan, dan dalam kondisi mendesak.
Pertimbangan utama dalam transfusi darah, khususnya yang mengandung eritrosit, adalah kecocokan antigen-antibodi eritrosit. Mengapa demikian?
Golongan darah AB secara teoritis merupakan resipien universal, karena memiliki antigen A dan B di permukaan eritrositnya, sehingga serum darahnya tidak mengandung antibodi (baik anti-A maupun anti-B). Karena tidak adanya antibodi tersebut, berarti darah mereka (lagi-lagi, secara teoritis) tidak akan menolak darah golongan manapun yang berperan selaku donor, dengan kata lain mereka boleh menerima darah dari semua golongan darah lainnya. Sedangkan golongan darah O secara teoritis merupakan donor universal, karena memiliki antibodi anti-A dan anti-B. Darah yang diberikan diharapkan tidak memicu reaksi imunitas dari resipien, dengan kata lain mereka boleh memberikan darah ke semua golongan darah lain, termasuk golongan A dan B.
Transfusi darah tidak dapat dilakukan jika golongan darahnya berbeda, karena golongan darah yang tidak cocok akan menyebabkan sel darah merah menggumpal dan membeku sehingga menghambat pembuluh kapiler. Kondisi ini disebut Reaksi Penggumpalan.
Faktor yang perlu diperhatikan dalam donor darah lengkap adalah plasma dan antigen baik dari donor serta resipien. Dalam kasus ini golongan darah donor dan resipien harus sama persis. Sedangkan konsep donor universal tadi bisa digunakan untuk PRC, di mana hanya faktor antigen donor dan plasma resipien yang diperhatikan. Namun untuk menghindari hal yang tidak diinginkan (kemungkinan sekecil apapun pasti ada…), darah yang didonorkan diusahakan semaksimal mungkin sama golongannya dengan golongan darah si penerima; agar reaksi semacam itu tidak terjadi. Apabila kondisi sangat mendesak, baru boleh dipikirkan konsep donor darah universal.

5. Perbedaan Golongan darah antara orang tua dan anaknya.
Ayah A
Ayah B
Ayah AB
Ayah O
Bunda A
A, O
A, B, O, AB
A, B, AB
A, O
Bunda B
A, B, AB, O
B, O
A, B, AB
B, O
Bunda AB
A, B, AB
A, B, AB
A, B, AB
A, B
Bunda O
A, O
B, O
A, B
O
Penggolongan darah pada keturunan merupakan faktor genetik pada anak. Jadi... sama seperti wajah dan ciri-ciri yang terlihat anak, golongan darah juga diwariskan dari orang tua kepada anaknya. Gen yang diturunkan bisa berupa gen homozigot (gen yang sama) atau gen heterozigot (gen yang tidak sama). Nah.. untuk menentukan gen ayah atau bunda homozigot atau heterozigot bisa dilihat dari golongan darah orang tua dari ayah atau bunda.

Dalam golongan darah A faktor genetik bisa berupa gen homozigot (IAIA) atau gen heterozigot (IAIO), dalam golongan darah B faktor genetik bisa berupa gen homozigot (IBIB) atau heterozigot (IBIO), dalam golongan darah AB faktor genetik berupa gen (IAIB) sedangkan golongan darah O dibawa oleh gen (IOIO) .
Nah perbedaan genetik inilah yang bisa menjadikan golongan darah antara ayah dan bunda berbeda dengan si buah hati, tergantung sifat gen dari golongan darah orang tua, apakah bersifat homozigot atau heterozigot.

Contoh :
Bunda bergolongan darah A heterozigot dengan gen (IAIO) dari orang tua yang bergolongan darah A dan O
Ayah bergolongan darah B heterozigot dengan gen (IBIO) dari orang tua yang bergolongan darah B dan O
Kemungkinan golongan darah pada anak-anak dari pasangan ini adalah:

Bunda IA
Bunda IO
Ayah IB
IAIB (AB)
IBIO (B)
Ayah IO
IAIO (A)
IOIO (O)

Dari tabel diatas kemungkinan anak-anak dari pasangan ini mempunyai kesempatan 25% dari masing-masing golongan darah.

Jadi... buat ayah dan bunda yang mempunyai golongan darah yang berbeda dengan buah hati, jangan langsung khawatir. Bisa dilihat dari tabel diatas. Untuk lebih memastikan bisa ajak buah hati anda ke rumah sakit untuk melakukan tes golongan darah yang lebih akura

6. Gangguan/kelainan pada system peredaran darah

  1. Anemia
    Anemia adalah suatu kondisi terjadinya defesiensi atau rendahnya jumlah eritrosit didalam tubuh, yang berakibat kepada rendahnya kemampuan pembulu darah mengangkut oksigen keseluruh tubuh. dengan kata lain anemia adalah suatau keadaan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari normal. Penyakit ini dapat disebabkan oleh beberapa hal. Misalnya,
tubuh kekurangan zat besi, akibatnya proses pembentukan darah
menjadi terhambat.Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Penyebab lainnya antara lain rendahnya kadar hemoglobin dalam darah atau terkena penyakit infeksi cacing.

  1. Thalasemia

Thalasemia adalah penyakit anemia hemolitik atau kondisi kelainan genetika dimana tubuh tidak mampu memproduksi globin, suatu protein pembentuk hemoglobin. Kalaupun penderita thalasemia mampu memproduksi eritrosit, biasanya usia sel darahnya lebih singkat dan lebih rapuh atau lebih mudah rusak. Penyakit ini bersifat genetis, artinya diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anaknya,secara resesif.

Secara klinis thalasemia dibedakan menjadi 3 tingkatan sesuai beratnya gejala klinis, yaitu thalasemai mayor, thalasemia intermedia, thalasemia minor atau troit (pembawa sifat). Batas di antara tingkatan tersebut sering kurang jelas. Namun gejala dari ketiga tingkatan thalasemia tersebut dapat diperkirakan.yaitu sebagai berikut:

a.      Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Penderita thalasemia ini mengalami anemia berat, mulai umur 3-6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup tanpa di tranfusi. Ini dapat berakibat fatal, karena efek samping dari tranfusi darah yang terus menerus yaitu berupa kelebihan zat desi (Fe). Hati dan limpa mengalami pembesaran akibat penangkapan dan penghancuran sel darah merah yang rusak secara berlebihan. Bahkan limpa yang membesar tersebut dapat menghancurkan sel darah merah yang belum rusak.

Salah satu ciri fisik dari penderita thalasemia adalah kelainan tulang yang berupa tulang pipi masuk ke dalam dan batang hidung menonjol(disebut gacies cooley), penonjolan dahi dan jarak kedua mata menjadi lebih jauh, serta tulang menjadi lemah dan keropos. Pertumbuhan gigi pun biasanya buruk. Gejala lain yang tampak ialah anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai umur atau berat badan kurang. Dan perut membuncit. Jika penderita tidak sering mendapat tranfusi darah, kulit akan menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi  dalam jaringan kulit.


b.     Thalasemia intermedia. Penderita thalasemia tingkat ini kedaan klinisnya lebih baik atau gejalanya lebih ringan dibandingkan dengan penderita thalasemia mayor. Gejala anemia tergolong sedang. Gejala perubahan bentuk wajah seperti pada thalesemia mayor dan gambaran kelebiahan beban besi, baru nampak pada masa dewasa.

c.      Thalasemia minor atau troit (pembawa sifat).

Penderita thalasemia ini umumnya tidak memiliki gejala klinis yang khas, hanya ditandai oleh anemia mikrositin atau anemia ringan.
Dapatkah thalasemia dicegah atau diobati?Untuk mencegah terjadinya thalasemia pada keturunan atau anak, pasangan wanita dan pria yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya.
Peluang untuk sembuh dari thalasemia memang masih tergolong kecil karena dipengaruhi kondisi fisik, ketersediaan darah donor dan biaya. Untuk bisa bertahan hidup, penderita thalasemia memerlukan perawatan yang rutin, seperti melakukan tranfusi darah teratur untuk menjaga agar kadar Hb di dalam tubuhnya normal yaitu  12gr/dL (gram per desiliter), dan menjalani pemeriksaan ferritin serum untuk memantau kadar zat besi di dalam tubuh.
Penderita thalasemia juga diharuskan menghindari makanan yang diasinkan atau diasamkan dan produk fermentasi. Karena makanan tersebut dapat meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh. Salah satu cara untuk mengobati thalasemia adalah dengan transflantasisumsum tulang dan teknologi sel punca (stem cell). Pada tahun 2009, seorang penderita thalasemia dari india berhasil sembuh setelah memperoleh ekstrak sel punca dari adiknya yang baru lahir.

  1. Hemofilia
    Hemofilia adalah penyakit darah sukar membeku. jika terjadi luka, maka darah akan mengucur terus hingga penderita dapat mengalami kekurangan darah, bahkan dapat menyebakan kematian. hemofilia biasanya diwariskan kepada keturunan laki - laki. pada perempuan penyakit ini tergolong mematikan sehingga penderita akan mati sebelum dewasa, dan karena penyakit ini penyakit turunan maka tidak dapat disembuhkan.
  2. Trombositopenia
    Trombositopenia adalah kelainan akibat kekurangan trombosit, yang merupakan bagian dari pembekuan darah. darah biasanya mengandung sekitar 150.000 - 350.000 trombosit / mL. jika jumlah trombosit kurang dari 30.000 / mL dapat terjadi pembelahan abnormal. gangguan baru timbul jika jumlah trombosit kurang 10.000 / mL.
Kelainan ini ditandai dengan sedikitnya jumlah trombosit di dalam sistem peredaran darah. Penderita trombositopenia cenderung mengalami pendarahan seperti halnya pada hemofilia. Bedanya ialah pendarahan trombositopenia berasal dari kapiler-kapiler kecil, dan bukan dari pembuluh besar seperti yang terjadi pada hemofilia.Sebagai akibat kelainan ini, timbul bintik-bintik pendarahan di seluruh jaringan tubuh. Kulit penderita menampakkan bercak-bercak kecil berwarna ungu, sehingga penyakit itu disebut trombositopenia purpura
  1. Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner pada mulanya disebabkan oleh penumpukan lemak pada dinding bagian dalam dari pembuluh darah jantung (pembuluh koroner). Hal ini lama kelamaan diikuti oleh berbagai proses antara lain seperti penimbunan jaringan ikat, perkapuran dan pembekuan darah pada dinding pembuluh jantung tersebut, yang semua itu akan mempersempit atau menyumbat pembuluh darah. menyenpitnya pembuluh darah jantung ini tentu dapat mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan angina pektoris (nyeri dada) atau bahkan hingga infark jantung ( serangan jantung) yang dapat menyebabkan kematian mendadak.
 Adapun beberapa faktor penyebab penyakit jantung koroner adalah: tekanan darah tinggi (hipertensi), kadar kolesterol (LDL) tinggi sedangkan kolesterol HDL rendah, merokok, diabetes melitus, kegemukan (obesitas), faktor keturunan, kurang olah raga, dan stres.
Apabila terdapat dua atau lebih faktor penyebab tersebut pada diri seseorang, maka akan berlipat kali pula resiko terkena penyakit jantung koroner.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGELOLAAN LABORATORIUM - MENGITUNG KEBUTUHAN UKURAN RUANG LABORATORIUM

Kurikulum Sebagai Sistem

ANTROPOLOGI KULINER