PENDAHULUAN
Vitamin A merupakan
zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena zat gizi ini tidak dapat
dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin A penting untuk
kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi, vitamin A
meningkatkan daya tahan tubuh. Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A, bila
terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka penyakit-penyakit
tersebut tidak mudah menjadi parah , sehingga tidak membahayakan jiwa anak.
Dengan adanya bukti-bukti
yang menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian
yatiu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya vitamin
A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Kurang Vitamin A
(KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia
terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada
masa pertumbuhan. Salah satu dampak kurang vitamin A
adalah kelainan pada mata yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan – 4 tahun
yang menjadi penyebab utama kebutaan di negara berkembang. Seperti yang terjadi di
Indonesia, Kurang vitamin A (KVA) masih merupakan masalah gizi
utama. Meskipun KVA tingkat berat (xeropthalmia) sudah jarang ditemui, tetapi
KVA tingkat subklinis, yaitu tingkat yang belum menampakkan gejala nyata, masih
menimpa masyarakat luas terutama kelompok balita. KVA tingkat subklinis ini
hanya dapat diketahui dengan memeriksa kadar vitamin A dalam darah di
laboratorium.
Masalah KVA dapat diibaratkan
sebagai fenomena “gunung es” yaitu masalah xeropthalmia yang hanya sedikit
tampak di permukaan. Padahal KVA subklinis yang ditandai dengan rendahnya kadar
vitamin A dalam darah masih merupakan masalah besar yang perlu mendapat
perhatian. Hal ini menjadi lebih penting lagi, karena erat kaitannya dengan
masih tingginya angka penyakit infeksi dan kematian pada balita.
Berangkat dari latar
belakang diatas, penulis mencoba untuk menyusun artikel mengenai salah satu
masalah gizi di Indonesia khususnya, yaitu masalah Kurang Vitamin A (KVA).
Adapun yang akan dibahas dalam artikel ini meliputi :
1.
Vitamin A dan
Manfaatnya
2.
Makanan-Makanan
Sumber Vitamin A
3.
Pengertian
Kurang Vitamin A (KVA)
4.
Penyebab dan
Akibat Kurang Vitamin A (KVA)
5.
Tanda dan Gejala
Awal Kurang Vitamin A (KVA)
6.
Pencegahan dan
Penanganan Kurang Vitamin A (KVA)
Sehingga dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dan manfaat dari penulisan artikel
adalah :
- Agar pembaca mengetahui apa itu Vitamin A dan
sumber-sumber Vitamin A untuk kemudian menyadari pentingnya Vitamin A
untuk mencegah Kurang Vitamin A (KVA)
- Agar pembaca mengetahui lebih dalam mengenai
masalah Kurang Vitamin A (KVA), meliputi penyebab, akibat, dan tanda/gejala
awal dari Kurang Vitamin A (KVA) untuk selanjutnya dapat melakukan
pencegahan dan penanganan apabila terjadi Kurang Vitamin A (KVA).
- Diharapkan setelah pembaca mengetahui tentang
Kurang Vitamin A (KVA), maka dapat memperbaiki pola hidup dan lebih memperhatikan
masalah gizi untuk sama-sama membangun hidup sehat dan mengurangi masalah
gizi terutama masalah Kurang Vitamin A (KVA) di Indonesia.
A.
Pengertian Vitamin A
Apa itu Vitamin A
?
Vitamin A adalah
salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan disimpan dalam hati,
tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Vitamin
yang larut dalam lemak biasanya ditimbun dalam tubuh dan karenanya tidak perlu
disediakan setiap hari dalam makanan.
Vitamin
A dikenal sebagai vitamin penglihatan karena kekurangan vitamin A dapat
menyebabkan gangguan penglihatan yang dikenal dengan buta senja atau
xeropthalmia yang dikenal dengan “mata kering” yang dapat berlanjut pada
kebutaan. Sejak awal tahun 1980-an diketahui bahwa angka kematian meningkat
pada anak balita yang kurang vitamin A, bahkan sebelum ada tanda-tanda
xeropthalmia, KVA termasuk kedalam empat masalah gizi utama. Penelitian yang
dilakukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992 menunjukkan dari 20 juta
balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya
menderita kurang vitamin A. Sedangkan data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia
adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A
tergolong rendah.
B. Manfaat Vitamin A bagi Manusia
Apa
saja manfaat Vitamin A bagi manusia?
Vitamin A adalah vitamin yang dibutuhkan oleh
retina mata dalam bentuk tertentu metabolit , cahaya-menyerap molekul retina.
Molekul ini mutlak diperlukan untuk visi baik scotopic dan warna. Vitamin A
juga berfungsi dalam peran yang sangat berbeda, sebagai bentuk asam retinoat
ireversibel teroksidasi, yang merupakan penting hormon -seperti faktor
pertumbuhan untuk sel epitel dan lainnya.
Hubungan antara vitamin
A dengan fungsi mata yang normal, perlu mendapat perhatian khusus. Vitamin A
berperan dalam sintesis stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, yang
berkombinasi dengan protein membentuk grup
prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan
istilah rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang
selalu pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses
fisiologis dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam
tubuh, maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi
kelainan-kelainan melihat.
Secara umum Vitamin A
berperan dalam berbagai fungsi seluruh tubuh, seperti:
- Vitamin
A memegang peranan penting untuk pemeliharaan sel kornea dan epitel dari
penglihatan, metabolisme umum dan proses reproduksi, membantu melindungi
tubuh terhadap kanker.
- Untuk
kesehatan jaringan tubuh, vitamin A mempercepat proses penyembuhan luka.
Dalam kegiatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan epitelial, vitamin A
mempertahankan kesehatan dan struktur kulit, rambut dan gigi. Beberapa
penyakit kulit seperti jerawat dan psoriasis adalah sebagai akibat
kekurangan vitamin A.
- Selanjutnya
juga diketahui peranan vitamin A sebagai antioxidant, yang membantu
merangsang dan memperkuat daya tahan tubuh dalam meningkatkan aktivitas
sel pembunuh kuman (natural killer cell), memproduksi limfosit, fagositis
dan antibody. Bahkan kegunaan vitamin A termasuk memperkuat kekebalan
selular (sistem sel) yang menghancurkan sel kanker.
- Selain
itu vitamin A mencegah dan memperbaiki penciutan kelenjar timus (kelenjar
utama yang berperan dalam sistem imun) yang terjadi sebagai akibat stress
kronis. Fungsi tubuh lain yang dibantu oleh vitamin A antara lain adalah
reproduksi, pembuatan dan aktivitas hormon adrenalin, pembuatan dan
aktivitas hormon tyroid, mempertahankan struktur dan fungsi sel-sel saraf,
menjaga kekebalan tubuh pada umumnya, serta memperbarui sel jaringan
tubuh.
C. Sumber Vitamin A
Vitamin A banyak
terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1 (retinal), terutama
banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2 (retinol)
atau 3-dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar. Vitamin A
yang berasal dari minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin A juga
terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning telur,
keju, hati, hijauan dan wortel. Warna hijau tumbuh-tumbuhan
merupakan petunjuk yang baik tingginya kadar karoten. Buah-buahan berwarna
merah dan kuning, seperti cabe merah, wortel, pisang, pepaya, banyak mengandung
provitamin A, ß-karoten. Untuk makanan, biasanya vitamin A terdapat dalam
makanan yang sudah difortifikasi (ditambahkan nilai gizinya).
Vitamin
A ditemukan secara alami di banyak makanan:
-
hati (sapi, babi, ayam,
kalkun, ikan) (6500 mg 722%)
-
wortel (835 ug 93%)
-
brokoli
daun (800 mg 89%) - Menurut USDA brokoli database yang memiliki lebih sedikit.
-
ubi jalar (709 mg 79%)
-
mentega (684 mg 76%)
-
kangkung (681 ug 76%)
-
bayam (469 ug 52%)
-
labu (400 mg 41%)
-
collard hijau (333 mg 37%)
-
Keju cheddar (265 mg 29%)
-
melon melon (169 mg 19%)
-
telur (140 mg 16%)
-
aprikot (96 mg 11%)
-
pepaya (55 mg 6%)
-
mangga (38 mg 4%)
-
kacang (38 mg 4%)
-
brokoli (31 mg 3%)
-
susu (28 mg 3%)
A.
Pengertian Kekurangan Vitamin A (KVA)
Apa yang dimaksud
dengan Kekurangan Vitamin A ?
Defisiensi vitamin A adalah penyakit yang disebabkan karena kurangnya
pemasukan vitamin A yang dapat diketahui dengan adanya rabun senja dan
kerusakan pada kornea mata atau lebih dikenal xeroptalmia (Tadesse, et al.,
2005). Sedangkan menurut Depkes RI (2003) Kurang Vitamin A (KVA) adalah
kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari organ-organ seluruh
tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain, gejala KVA terlihat pada
mata.
Kekurangan vitamin A adalah
suatu keadaan dimana simpanan vitamin A langsung dalam tubuh berkurang. Pada tahap awal
ditandai dengan gejala rabun senja atau kurang dapat melihat pada malam hari.
Gejala tersebut juga ditandai dengan menurunnya kadar serum retinol dalam
darah. Pada tahap selanjutnya terjadi kelainan jaringan epitel dari organ tubuh
seperti paru–paru, usus, kulit dan mata. Gambaran kekurangan vitamin A yang
khas dapat langsung terlihat pada mata.
B.
Penyebab Kekurangan Vitamin A (KVA)
Apa saja yang menjadi
penyebab dari Kekurangan Vitamin A ?
Kekurangan/defisiensi
vitamin A disebabkan oleh beberapa hal dan dibagi menjadi dua yaitu sebab
primer dan sebab sekunder.
· Penyebab
primer dari defisiensi vitamin A adalah kekurangan provitamin A dan pembentukan
vitamin A dalam pengaturan makan sehari-hari.Hal ini berarti defisiensi vitamin
A dapat juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi vitamin A dalam tubuh manusia.
· Sebab
sekunder dari defisiensi vitamin A adalah adanya gangguan penyerapan lemak di
usus,kegagalan penggunaan vitamin A dalam tubuh,kebutuhan tubuh yang meningkat
maupun gangguan konversi karoten menjadi vitamin A.
Apabila di lihat secara
umum, Kekurangan vitamin A dapat terjadi karena beberapa
sebab antara lain :
o konsumsi
makanan yang tidak cukup mengandung vitamin A atau provitamin A untuk jangka
waktu yang lama,
o bayi
yang tidak diberikan ASI eksklusif,
o menu
tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, zink atau zat gizi lainnya)
yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A dalam tubuh,
o adanya
gangguan penyerapan vitamin A dan provitamin A seperti pada penyakit-penyakit
antara lain diare kronik, KEP dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A
meningkat,
o
Adanya penyakit ISPA dan campak.
o adanya
kerusakan hati yang menyebabkan gangguan pembentukan retinol binding protein
(RBP) dan pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin.
|
Sedangkan
yang menjadi penyebab utama defisiensi vitamin A ini adalah kurang konsumsi
vitamin A serta diperburuk dengan tingginya angka infeksi, seperti diare dan
campak (WHO, 2009). Infeksi akan
menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi. Pada saat yang sama
kondisi infeksi akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh (Nadmin, Ayu
and Hartono, 2011).
C.
Akibat Kekurangan Vitamin A
Defisiensi
vitamin A ini merupakan penyebab utama rabun senja pada bayi serta merupakan
faktor yang paling berkontribusi terhadap angka kesakitan dan kematian akibat
penyakit infeksi (WHO, 2009). DVA ini dapat menyebabkan anak-anak menjadi buta
setelah 1 tahun apabila tidak mendapatkan suplementasi vitamin A (Tadesse, et
al., 2005).
Kekurangan
vitamin A. Dapat menimbulkan penyakit buta malam, cornea
softing dan xerophtalmia. Manifestasinya merupakan pandangan kabur di bawah cahaya yang agak redup, mudah lelah, mata kering dan lain sebagainya. Disebabkan karena efek fisiologis kekurangan vitamin A
tersebut berkaitan dengan kesan yang agak gelap, ia dapat memadukan suatu zat yang namanya redopsin di dalam mata, redopsin mempunyai efek yang sangat penting untuk pemeliharaan penyesuaian daya pandang mata. Berkaitan dengan pemeliharaan keutuhan susunan kulitatas dan mempersingkat perkembangan untuk pertumbuhan. Jika segera memenuhinya dengan susu, daging, kuning telur, tomat, pocai
(sejenis sayur mirip bayam), wortel, ikan,
dll
Kekurangan asupan vitamin A dapat menyebabkan
kebutaaan terutama pada anak-anak usia 6 – 59 bulan, apalagi bila disertai dengan
penyulit penyakit berikut :
- gizi buruk,
- anak yang tidak mendapat ASI
eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun
- Bayi yang
lahirdenganberatkurang dari 2,5 kg
- Anak yang menderita penyakit kronis seperti ; campak,
diare, pneumonia, TBC dan cacingan
a) Dalam bukunya, Almatsier menyebutkan beberapa akibat
kurangnya mengonsumsi vitamin A dalam tubuh adalah;
1. Buta senja (niktalopia) : Buta senja yaitu ketidakmampuan
menyesuaikan penglihatan dari cahaya terang ke cahaya samara-samar/senja.Sebagai
contoh bila memasuki kamar gelap dari kamar terang.
2. Perubahan pada mata : Perubahan mata ini
disebabkan ketidakmampuan kelenjar air mata dalam mengeluarkan air mata
sehingga terjadi pengeringan pada selaput yang menutupi kornea.
3. Perubahan pada kulit : Akibat yang ditimbulkan
karena kurangnya konsumsi vitamin A pada kulit yaitu kulit menjadi kasar dan
kering. KVA menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan
digantikan oleh sel-sel epitel bersisik dan kering. Kulit menjadi kering,
kasar, dan luka sukar sembuh
4. Gangguan pertumbuhan : Dalam hal ini ,
kurangnya tubuh dalam mengonsumsi vitamin A dengan gangguan pertumbuhan adalah
terhambatnya pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel-sel tulang.
5. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan
kelainan pada sel-sel epitel pada selaput lendir mata.
6. Defisiensi lebih lanjut menyebabkan xerosis
kornea, yaitu kornea menjadi kering dan kehilangan kejernihannya karena terjadi
pengeringan pada selaput yang menutupi kornea.
7. Kurang vitamin A (KVA) pada anak-anak yang
berada di daerah pengungsian dapat menyebabkan mereka rentan terhadap penyakit
infeksi, sehingga mudah sakit.
8. Infeksi : Apabila terjadi defisiensi vitamin
A,maka fungsi kekebalan tubuh seseorang akan menurun.Akibatnya tubuh seseorang
tersebut akan mudah terserang infeksi.
Anak
yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit
infeksi lain, penyakitnya tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan
kematian. Infeksi akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi
dan pada saat yang sama akan mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
9. Kekurangan vitamin A untuk jangka waktu lama
juga akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada mata, dan bila anak tidak
segera mendapat vitamin A akan mengakibatkan kebutaan.
10. Bayi-bayi yang tidak mendapat ASI mempunyai
resiko lebih tinggi untuk menderita KVA, karena ASI merupakan sumber vitamin A
yang baik. (Gsianturi, 2004)
11. Kekurangan (defisiensi) Vitamin A terutama
pada anak-anak balita. Tanda-tanda kekurangan terlihat bila simpanan tubuh
habis terpakai. Kekurangan vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat
kurang konsumsi, atau kekurangan sekunder karena gangguan penyerapan dan
penggunaannya dalam tubuh, ataupun karena gangguan pada konversi karoten
menjadi vitamin A.
Kekurangan
Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh dunia terutama negara berkembang dan dapat
terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan (balita).
D.
Tanda-tanda dan Gejala Awal Kekurangan Vitamin A
(KVA)
Bagaimana tanda-tanda
dan gejala awal dari Kekurangan Vitamin A ?
Adapun
gejala kekurangan vitamin A meliputi gejala xeropthalmia (mata kering) suatu kelainan
pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea) mata.
Keadaan kekurangan vitamin A yang mengenai mata ini bila
dibiarkan tanpa penanganan yang serius dapat berakibat
kebutaan yang permanen. Tahapan gejala xeropthalmia hingga terjadi kebutaaan
melalui beberapa proses .
- Gejala awal dari proses
xeropthalmia adalah berupa buta senja. Kebutaan ini biasanya terjadi pada senja hari dan tidak disadari oleh orang lain karena keadaan mata seakan masih normal atau tak nampak satu kelainan apapun pada mata. Hanya dapat diketahui ketika seseorang menderita kekurangan Vitamin
A ini sering menabrak benda-benda yang berada disekitar ketika berjalan dalam suatu ruangan. Sedangkan bagi yang
belum bisa berjalan sering terlihat memojok dan tidak melihat barang atau makanan yang ada didepannya.
- Selanjutnya timbul gejala kekeringan pada selaput lendir pada bagian putih mata yang disebut xerosis kunjungtiva. Pada bagian konjungtiva akan terlihat kering, keriput dan kusam. Orang tua sering mengeluhkan bahwa mata anaknya tampak kering dan berubah warna seperti kecoklatan.
- Konjungtiva bertambah kering dan ditambah ada benda asing seperti busa sabun atau keju (disebut bercak Bitot) terutama pada celah mata sisi luar.
Orang tua sering mengeluhkan mata anak ada sisiknya atau timbul busa. Dalam keadaan yang lebih berat lagi terjadi kekeringan pada seluruh bagian putih mata.
- Tanpa penanganan yang
maksimal kekeringan bisa berlanjut hingga kebagian hitam mata (kornea mata) yang tampak buram dan kering dan permukaan kornea tampak kasar.
- Kerato malasia atau perlunakan permukan kornea
seakan-akan seperti bubur dan dapat terjadi ulkus/ luka pada permukaan mata, pada tahap ini juga bisa terjadi perforasi bola mata
(kornea pecah).
- Tahap terakhir dari xeropthalmia bisa terjadi jaringan parut pada kornea mata yang disebut dalam istilah medis sebagai
”xeroftamia scar ” sikatrik kornea. Bola tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis.
Gejala klinis
KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah berlangsung lama.
Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita penyakit campak,
diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya. Tanda-tanda dan gejala klinis
KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai
berikut :
- XN : buta senja
(hemeralopia, nyctalopia)
Tanda-tanda :
a) Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang
retina.
b) Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit
beradaptasi di ruang yang remang-remang setelah lama berada di cahaya terang
c) Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita
tak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.
Untuk
mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
1) Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan
membentur/ menabrak benda didepannya, karna tidak dapat melihat.
2) Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan
anak tersebut buta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di
dudukkan ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan
di depannya.
- XIA : xerosis konjungtiva
Tanda-tanda
:
a) Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau
terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar
dan kusam.
b) Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau
berubah warna kecoklatan.
- XIB : xerosis konjungtiva
disertai bercak bitot
Tanda-tanda
:
a) Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak
bitot yaitu bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah
mata sisi luar.
b) Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel
yang merupakan tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai
criteria penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.
Dalam keadaan berat : Tampak kekeringan
meliputi seluruh permukaan konjungtiva.dan Konjungtiva tampak menebal,
berlipat-lipat dan berkerut. Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik.
- X2 : xerosis kornea
Tanda-tanda
:
Kekeringan pada konjungtiva
berlanjut sampai kornea. Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak
kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit
inpeksi dan sistemik lainnya).
- X3A : keratomalasia atau
ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.
- X3B : keratomalasia atau ulserasi
sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea
Tanda-tanda
:
Kornea melunak seperti bubur dan
dapat terjadi ulkus. Tahap X3A ditandai bila kelainan mengenai kurang dari 1/3
permukaan kornea. Tahap X3B ditandai Bila kelainan mengenai semua atau lebih
dari 1/3 permukaan kornea. Keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini
dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah).
- XS : jaringan parut
kornea (sikatriks/scar)
Tandanya Kornea mata tampak menjadi putih atau bola
mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah sembuh akan meninggalkan
bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta yang sudah
tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.
- XF : fundus xeroftalmia,
dengan gambaran seperti cendol.
XN,
XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan yang baik.
Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati
karena dalam beberapa hari bisa berubah menjadi X3.X3A dan X3B bila diobati
dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yangbahkan dapat menyebabkan
kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukupluas sehingga menutupi
seluruh kornea (Optic Zone Cornea) (Depkes RI, 2003).
Segala
sesuatu yang memperbaiki status vitamin A individu dapat berpengaruh terhadap
masalah defisiensi vitamin A dan akibatnya.
Tujuan dari program pencegahan ini adalah
memberikan masukan pada masyarakat akan kandungan vitamin A dan provitamin A
dari makanan yang cukup dan teratur pada anak-anak yang rentan dan
menghilangkan semua bentuk defisiensi vitamin A. Secara umum hal ini merupakan
tujuan jangka panjang,tapi harus segera dimulai usaha untuk mencapainya dan
harus diberikan dukungan yang memadai.Bersamaan dengan itu,tindakan darurat
jangka pendek yang agak mahal mungkin diperlukan untuk mencegah defisiensi
vitamin A yang cukup berat yang dapat menyebabkan kerusakan mata dan
peningkatan kematian. Bagaimana dan seberapa besar keberhasilannya akan tergantung
pada keparahan dan sifat defisiensi,sumber yang ada,dan tingkat dedikasi serta
minat personal kesehatan untuk memecahkan masalah.
Ada 3 cara mengintervensi masyarakat untuk mengurangi
masalah KVA pada populasi berisiko yaitu meningkatkan kemudahan dan pemasokan
vitamin A (suplementasi vitamin A), peningkatan konsumsi makanan yang banyak
mengandung vitamin A (Fortifikasi), dan mengontrol KVA pada daerah-daerah
risiko tinggi (WHO, 2009).
1)
Peningkatan konsumsi vitamin A dari beberapa
sumber makanan
Setiap
individu harus mengerti akan pentingnya tubuh mereka untuk mengembangkan dan
melaksanakan strategi ini berdasarkan makanan yang dikonsumsi sejak awal. Hal
ini tergantung pada beratnya masalah, tindakan darurat seperti pemberian dosis
vitamin A yang periodic mungkin diperlukan sebelum terjadi perubahan diet
mencapai efek yang diharapkan.
2)
Suplementasi Periodic
Suplementasi
periodic berguna karena sejumlah besar vitamin A dapat disimpan dalam hati
untuk penggunaan di masa yang akan datang. Vitamin A ini dapat diberikan
sebagai kapsul atau dalam bentuk larutan pekat. Kecuali untuk anak-anak yang
menderita xerophtalmia aktif, defisiensi energi dan protein (kwashiorkor) atau
beberapa penyakit pencetus yang berat, penting untuk memastikan bahwa dosis
tersebut tidak diulang lebih sering daripada dosis yang aman.
3)
Fortifikasi Makanan
Fortifikasi
atau penambahan zat gizi terpilih pada unsur pokok makanan yang umum merupakan
suatu cara perlindungan status gizi yang dapat diterima dan berhasil pada
Negara dengan sistem distribusi makanan yang tepat.Cara ini merupakan cara yang
efektif untuk meningkatkan konsumsi vitamin A pada wanita hamil dan menyusui
tanpa resiko teratogenik
Selain strategi diatas, ada beberapa hal juga yang
perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya kekurangan vitamin A , antara lain
:
§
Berikan
ASI Eksklusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan dilanjutkan pemberian ASI
hingga berumur 2 tahun dan MP-ASI yang cukup berkualitas.
§
Konsumsi
makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu makanan sehari –
hari.
§
Cegah
kecacingan dengan berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
§
Konsumsi
kapsul vitamin A sesuai kebutuhan sasaran.
Di
Indonesia, dalam rangka menurunkan angka prevalensi kekurangan vitamin A,
pemerintah memberikan suplementasi kapsul vitamin A setahun dua kali pada bulan
Februari dan Agustus, sejak anak berusia enam bulan. Kapsul merah (dosis
100.000 IU) diberikan untuk bayi umur 6-11 bulan dan kapsul biru (dosis 200.000
IU) untuk anak umur
12-59 bulan.
Persentase
anak umur 6-59 bulan/balita yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan
terakhir sebesar 69,8%. Persentase tersebut bervariasi antar provinsi dengan
persentase terendah di Papua Barat (49,3%) dan tertinggi di DI Yogyakarta
(91,1%).Adapun persentase pemberian kapsul vitamin A menurut kelompok umur
cukup bervariasi. Persentase tertinggi pada kelompok umur 12-23 bulan (74,8%).
Ada kecenderungan semakin tinggi kelompok umur semakin rendah cakupan yang
menerima vitamin A, khususnya pada anak balita 48-59 bulan. Persentase anak
umur 6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A di perkotaan (74,0%) lebih
tinggi daripada di perdesaan (65,3%). Sedangkan menurut jenis kelamin anak
tidak tampak adanya perbedaan cakupan vitamin A. Persentase menurut tingkat
pendidikan kepala keluarga dan status ekonomi, terlihat adanya kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendidikan kepala keluarga dan status ekonomi, semakin
tinggi pula cakupan pemberian kapsul vitamin A (Kemenkes RI, 2010).
Prinsip dasar untuk
mencegah dan menanggulangi masalah KVA adalah menyediakan vitamin A yang cukup
untuk tubuh.Selain itu perbaikan kesehatan secara umum turut pula memegang
peranan. Dalam upaya menyediakan vitamin A yang cukup untuk tubuh, ditempuh
kebijaksanan sebagai berikut:
§
Meningkatkan konsumsi
sumber vitamin A alami melalui penyuluhan,
§
Menambahkan vitamin A
pada bahan makanan yang dimakan oleh golongan sasaran secara luas
(fortifikasi),
§
Distribusi kapsul
vitamin A dosis tinggi secara berkala.
Upaya meningkatkan konsumsi
bahan makanan sumber vitamin A melalui proses komunikasi-informasi-edukasi
(KIE) merupakan upaya yang paling aman dan langgeng. Namun disadari bahwa
penyuluhan tidak akan segera memberikan dampak nyata. Selain itu kegiatan fortifikasi
dengan vitamin A masih bersifat rintisan . Oleh sebab itu penanggulangan KVA
saat ini masih bertumpu pada pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. Kapsul
vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pda
masyarakat apabila cakupannya tinggi (minimal 80%). Cakupan tersebut dapat
tercapai apabila seluruh jajaran kesehatan dan sektor-sektor terkait dapat
menjalankan peranannya masing-masing dengan baik.
1) Supementasi vitamin A
Kapsul yang digunakan dalam suplementasi vit.A adalah kapsul
yang mempunyai vit.A dosis tinggi
2) Sasaran utama suplementasi
vit.A
Berikut
ini waktu,cara,dan tempat pemberian suplementasi vit.A pada
bayi,anak balita,dan ibu nifas adalah sebagai berikut :
Pada
bayi dan anak balita
Ø
Waktu
pemberian
1. untuk bayi (6-11 bulan) diberikan 1 kali,yaitu pada bulan
februari atau agustus,
2. untuk anak balita (12-59 bulan) diberikan pada bulan
februari dan agustus
Ø
Cara
pemberian
Sebelum dilakukan
pemberian kapsul,tanyakan dulu pada ibu balita apakah pernah menerima kapsul
vit.A pada 1 bulan terakhir.
1. Potong ujung kapsul dengan menggunakan gunting yang
bersih,
2. Pencet kapsul dan pastikan anak menelan semua isi kapsul,
3. Untuk anak yang sudah bisa menelan bisa diberikan
langsung 1 kapsul untuk diminum.
Ø
Tempat
pemberian
1. Sarana fasilitas kesehatan (puskesmas,rumah sakit, posyandu,
poskesdes,dan sebagainya)
2. Sarana pendidikan (taman kanak-kanak, balai penitipan
anak, kelompok bermain dan sebagainya).
Pada
ibu nifas
Tujuannya pemberian 1
kapsul vit.A dapat meningkatkan kandungan vit.A dalam ASI selama 60
hari,pemberian 2 kapsul vit.A diharapkan cukup menambah kandungan vit.A dalam
ASI sampai usia bayi 6 bulan,kesehatan ibu lebih cepat pulih dan mencegah
infeksi.
Ø
Waktu
pemberian
1. 1 kapsul vit.A diminum segera setelah saat persalinan
2. 1 kapsul vit.A diberikan 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama
Catatan : jika 24 jam
setelah melahirkan ibu tidak mendapat vit.A,maka kapsul vit.A dapat diberikan :
1. Pada kunjungan ibu nifas atau pada KN 1 (6-48 jam) atau
pada saat pemberian imunisasi hepatitis B,
2. Pada KN 2 (bayi berusia 3-7 hari) atau pada KN 3 (bayi
usia 8-28 hari).
Ø
Cara
pemberian
Sebelum dilakukan
pemberian kapsul, tanyakan dulu pada ibu apakah setelah melahirkan sudah
menerima kapsul vit.A,jika belum :
1. Vit.A diminum segera setelah melahirkan dengan cara
meminum langsung 1 kapsul,
2. Kemudian minum lagi 1 kapsul setelah pemberian 1 kapsul
yang pertama.
Ø
Tempat
pemberian
1.
Sarana
fasilitas kesehatan (rumah sakit,puskesmas,posyandu,pustu,dan sebagainya).
Pemberian secara serentak dalam
bulan Februari dan Agustus mempunyai beberapa keuntungan:
§
Memudahkan dalam
memantau kegiatan pemberian kapsul, termasuk pencatatan dan pelaporannya,
karena semua anak mempunyai jadwal pemberian yang sama.
§
Memudahkan dalam
upaya pengerakkan masyarakat, karena kampanye dapat dilakukan secara nasional
disamping secara spesifik daerah.
§
Memudahkan dalam
pembuatan materi-materi penyuluhan (spot TV, spot radio, barang-barang cetak)
terutama yang dikembangkan, diproduksi dan disebarluaskan oleh tingkat
Pusat/Propinsi/Kabupaten.
3)
Suplementasi
Vitamin A pada situasi khusus
- Bila ada KLB campak atau infeksi lain,maka
suplementasi diberikan pada :
1. Seluruh balita yang ada di wilayah tersebut diberikan 1
kapsul vit.A dengan dosis sesuai umurnya,
2. Balita yang telah mendapatkan kapsul vitamin A dalam
jangka kurang dari 30 hari saat terjadi KLB,maka tidak perlu diberikan lagi.
- Untuk pengobatan xeroftalmia,campak dan gizi buruk
pemberian vit.A mengikuti uraian sebagai berikut :
1. Saat ditemukan, berikan 1 kapsul vit.A merah/biru sesuai
umur anak,
2. Hari berikutnya, berikan 1 kapsul lagi vit.A sesuai
umurnya,
3. Dua minggu berikutnya, berikan 1 lagi kapsul vit.A sesuai
umur si anak
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari serangkaian penulisan makalah
di atas adalah sebagai berikut:
1.
Vitamin A merupakan salah satu vitamin yang larut
dalam lemak atau minyak dan merupakan vitamin yang esensial untuk pemeliharaan
kesehatan dan kelangsungan hidup, dan memiliki peranan sangat penting khususnya
yang berhubungan dengan mata.
2.
Kurang
Vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan epitel dari
organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain,
gejala KVA terlihat pada mata.
3.
Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkan
prevalensi KVA terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu balita.
4.
Dampak kekurangan Vitamin A bagi balita antara lain
yaitu hemarolopia atau rabun senja, frinoderma, pendarahan pada selaput usus,
ginjal dan paru-paru, xerosis konjungtiva, bercak bitot, xerosis kornea,
keratomalasia, ulserasi kornea, xeroftahalmia scars, terhentinya proses
pertumbuhan, serta terganggunya pertumbuhan pada bayi.
5.
Ibu hamil dan menyusui seperti halnya juga anak-anak,
berisiko mengalami KVA karena pada masa tersebut ibu membutuhkan vitamin A yang
tinggi untuk pertumbuhan janin dan produksi ASI.
6.
Pemberian kapsul vitamin A dilaksanakan dengan cara
terjadwal, kunjungan rumah atau pada kejadian tertentu.
B. Saran
1.
Perlu adanya penyuluhan secara berkala mengenai
pentingnya asupan vitamin A yang cukup agar terhindar dari penyakit – penyakit
tertentu seperti xeroptalmia
2.
Perlu adanya kerja sama dengan kelompok PKK di
lingkungan sekitar puskesmas dalam usaha fortifikasi vitamin A dalam menu
makanan keluarga sehari – hari
3.
Diharapkan tenaga kesehatan agar dapat lebih pro aktif
dalam melakukan home visitterhadap klien yang tidak datang saat
penyuluhan mengenai pentingnya vitamin A ini berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
http://aandy-reasond.blogspot.com/2013/10/penanggulangan-masalah-kekurangan.html (Diakses tanggal 12 maret 2014)
Inge
Permadhi,DrMS.2000.Vitamin A (retinol.Diunduh dari HTTP :
//staff.uny.ac.id.Diakses tanggal 11 Maret 2014)
VITAMIN A. pdf (Diunduh dari HTTP : //. dinkes.jatimprov.go.id Diakses
tanggal 11 Maret 2014)
Komentar
Posting Komentar