BAKTERI
LATAR BELAKANG
A. BAKTERI
Bakteri, dari kata Latin
bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok raksasa dari organisme
hidup. Mereka sangatlah kecil (mikroskopik) dan kebanyakan uniselular
(bersel tunggal),
dengan struktur sel yang relatif sederhana tanpa nukleus/inti sel,
cytoskeleton, dan organel lain seperti mitokondria
dan kloroplas.
Struktur sel mereka dijelaskan lebih lanjut dalam artikel mengenai prokariota,
karena bakteri merupakan prokariota, untuk membedakan mereka dengan organisme
yang memiliki sel lebih kompleks, disebut eukariota.
Istilah "bakteri" telah diterapkan untuk semua prokariota atau untuk
kelompok besar mereka, tergantung pada gagasan mengenai hubungan mereka.Bakteri
adalah yang paling berkelimpahan dari semua organisme. Mereka tersebar (berada
di mana-mana) di tanah,
air, dan sebagai simbiosis
dari organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil,
biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm
dalam diameter (Thiomargarita).
Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel hewan dan jamur, tetapi dengan
komposisi sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak yang
bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam
strukturnya dari flagela kelompok lain
B. Sejarah
Bakteri
pertama ditemukan oleh Anthony van Leeuwenhoek pada 1674
dengan menggunakan mikroskop buatannya sendiri. Istilah bacterium
diperkenalkan di kemudian hari oleh Ehrenberg pada tahun 1828, diambil dari
kata Yunani βακτηριον yang memiliki arti "small stick".
C. Struktur
sel
Seperti
prokariota (organisme yang tidak memiliki selaput inti) pada umumnya, semua
bakteri memiliki struktur sel yang relatif sederhana. Struktur bakteri yang
paling penting adalah dinding sel.
Bakteri dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu Gram positif dan Gram
negatif didasarkan pada perbedaan struktur dinging sel. Bakteri Gram positif
memiliki dinding sel yang terdiri atas lapisan peptidoglikan
yang tebal dan asam teichoic. Sementara bakteri Gram negatif memiliki
lapisan luar, lipopolisakarida
- terdiri atas membran dan lapisan peptidoglikan yang tipis terletak pada
periplasma (di antara lapisan luar dan membran sitoplasmik).
Banyak
bakteri memiliki struktur di luar sel lainnya seperti flagela
dan fimbria
yang digunakan untuk bergerak, melekat dan konjugasi. Beberapa bakteri juga
memiliki kapsul atau lapisan lendir yang membantu pelekatan bakteri pada suatu
permukaan dan biofilm formation. Bakteri juga memiliki kromosom, ribosom dan beberapa spesies lainnya
memiliki granula
makanan, vakuola
gas dan magnetosom.Beberapa
bakteri mampu membentuk endospora
yang membuat mereka mampu bertahan hidup pada lingkungan ekstrim.
Berdasarkan
bentuknya, bakteri dibagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu: Kokus (Coccus) dalah bakteri yang
berbentuk bulat seperti bola, dan mempunyai beberapa variasi sebagai berikut:
1. Mikrococcus, jika
kecil dan tunggal
2. Diplococcus, jka
bergandanya dua-dua
3. Tetracoccus, jika
bergandengan empat dan membentuk bujursangkar
4. Sarcina, jika bergerombol membentuk kubus
5. Staphylococcus,
jika bergerombol
6. Streptococcus, jika
bergandengan membentuk rantai
Basil (Bacillus)
adalah kelompok bakteri yang berbentuk batang atau silinder, dan mempunyai
variasi sebagai berikut:
Diplobacillus, jika
bergandengan dua-dua
Streptobacillus, jika
bergandengan membentuk rantai
Spiril (Spirilum)
adalah bakteri yang berbentuk lengkung dan mempunyai variasi sebagai berikut:
Vibrio, (bentuk koma),
jika lengkung kurang dari setengah lingkaran
Spiral, jika lengkung
lebih dari setengah lingkaran
Bentuk
tubuh/morfologi bakteri dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan, medium dan usia. Oleh karena itu untuk membandingkan bentuk serta
ukuran bakteri, kondisinya harus sama. Pada umumnya bakteri yang usianya lebih
muda ukurannya relatif lebih besar daripada yang sudah tua.
Gambar alat gerak bakteri:
A-Monotrik; B-Lofotrik;
C-Amfitrik; D-Peritrik;
Banyak spesies bakteri yang bergerak menggunakan flagel. Hampir semua bakteri yang berbentuk lengkung dan
sebagian yang berbentuk batang ditemukan adanya flagel. Sedangkan bakteri kokus
jarang sekali memiliki flagel. Ukuran flagel bakteri sangat kecil, tebalnya
0,02 – 0,1 mikro, dan panjangnya melebihi panjang sel
bakteri. Berdasarkan tempat dan jumlah flagel yang dimiliki, bakteri dibagi
menjadi lima golongan, yaitu:
- Atrik, tidak mempunyai flagel.
- Monotrik, mempunyai satu flagel pada salah satu ujungnya.
- Lofotrik, mempunyai sejumlah flagel pada salah satu ujungnya.
- Amfitrik, mempunyai sejumlah flagel pada kedua ujungnya.
- Peritrik, mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
F. Ciri-ciri Bakteri
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
Bakteri memiliki ciri-ciri yang membedakannnya dengan mahluk hidup lain yaitu :
1. Organisme
multiselluler
2. Prokariot
(tidak memiliki membran inti sel )
3. Umumnya
tidak memiliki klorofil
4. Memiliki
ukuran tubuh yang bervariasi antara 0,12 s/d ratusan mikron umumnya memiliki
ukuran rata-rata 1 s/d 5 mikron.
5. Memiliki
bentuk tubuh yang beraneka ragam
6. Hidup
bebas atau parasit
7. Yang
hidup di lingkungan ekstrim seperti pada mata air panas,kawah atau gambut
dinding selnya tidak mengandung peptidoglikan
8. Yang
hidupnya kosmopolit diberbagai lingkungan dinding selnya mengandung
peptidoglikan
G. Struktur Bakteri
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu :
1.Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis
bakteri)
Meliputi:
dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granulapenyimpanan.
- Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu)
Meliputi kapsul, flagelum, pilus, fimbria, klorosom,
Vakuola gas dan endospora.
G.1. Struktur dasar sel
bakteri
Struktur dasar bakteri :
- Dinding sel tersusun dari peptidoglikan yaitu gabungan protein dan polisakarida (ketebalan peptidoglikan membagi bakteri menjadi bakteri gram positif bila peptidoglikannya tebal dan bakteri gram negatif bila peptidoglikannya tipis).
- Membran plasma adalah membran yang menyelubungi sitoplasma tersusun atas lapisan fosfolipid dan protein.
- Sitoplasma adalah cairan sel.
- Ribosom adalah organel yang tersebar dalam sitoplasma, tersusun atas protein dan RNA.
- Granula penyimpanan, karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
granula
G.2. Struktur tambahan
bakteri :
- Kapsul atau lapisan lendir adalah lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri tertentu,bila lapisannya tebal disebut kapsul dan bila lapisannya tipis disebut lapisan lendir. Kapsul dan lapisan lendir tersusun atas polisakarida dan air.
- Flagelum atau bulu cambuk adalah struktur berbentuk batang atau spiral yang menonjol dari dinding sel.
- Pilus dan fimbria adalah struktur berbentuk seperti rambut halus yang menonjol dari dinding sel, pilus mirip dengan flagelum tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan tersusun dari protein dan hanya terdapat pada bakteri gram negatif. Fimbria adalah struktur sejenis pilus tetapi lebih pendek daripada pilus.
- Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis. Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
- Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
- Endospora adalah bentuk istirahat (laten) dari beberapa jenis bakteri gram positif dan terbentuk didalam sel bakteri jika kondisi tidak menguntungkan bagi kehidupan bakteri. Endospora mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jika kondisi lingkungan menguntungkan endospora akan tumbuh menjadi sel bakteri baru.
H. Bentuk Bakteri
Bentuk dasar
bakteri terdiri atas bentuk bulat (kokus), batang (basil),dan spiral (spirilia)
serta terdapat bentuk antara kokus dan basil yang disebut kokobasil.
Berbagai macam bentuk bakteri
:
1. Bakteri Kokus :
a. Monokokus
yaitu berupa sel bakteri kokus tunggal.
b. Diplokokus
yaitu dua sel bakteri kokus berdempetan.
c. Tetrakokus
yaitu empat sel bakteri kokus berdempetan berbentuk segi empat.
d. Sarkina
yaitu delapan sel bakteri kokus berdempetan membentuk kubus
e. Streptokokus
yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan membentuk rantai.
f. Stapilokokus
yaitu lebih dari empat sel bakteri kokus berdempetan seperti buah anggur
2. Bakteri Basil :
- Monobasil yaitu berupa sel bakteri basil tunggal
- Diplobasil yaitu berupa dua sel bakteri basil berdempetan
- Streptobasil yaitu beberapa sel bakteri basil berdempetan membentuk rantai
3. Bakteri Spirilia :
c.
Spiral yaitu bentuk sel bergelombang
c.
Spiroseta yaitu bentuk sel seperti sekrup
c.
Vibrio yaitu bentuk sel seperti tanda baca koma.
H. Cara Perkembangbiakan
bakteri:
Bakteri
umumnya melakukan reproduksi atau berkembang biak secara aseksual (vegetatif =
tak kawin) dengan membelah diri. Pembelahan sel pada bakteri adalah pembelahan
biner yaitu setiap sel membelah menjadi dua. Reproduksi bakteri secara seksual
yaitu dengan pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran
materi genetik disebut rekombinasi genetik atau rekombinasi DNA.
Rekombinasi genetik dapat
dilakukan dengan tiga cara yaitu:
- Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik, bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya.
- Transduksi adalah pemindahan materi genetik satu sel bakteri ke sel bakteri lainnnya dengan perantaraan organisme yang lain yaitu bakteriofage (virus bakteri).
c.
Konjugasi adalah pemindahan materi genetik
berupa plasmid secara langsung melalui kontak sel dengan membentuk struktur
seperti jembatan diantara dua sel bakteri yang berdekatan. Umumnya terjadi pada
bakteri gram negatif.
I. Pengaruh lingkungan terhadap bakteri
Kondisi lingkungan yang
mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi
bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi
bakteri adalah suhu,
kelembapan,
dan cahaya.
I.1. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya,
bakteri dibagi menjadi 3 golongan:
1.
Bakteri psikrofil, yaitu bakteri yang
hidup pada daerah suhu antara 0°– 30°C, dengan suhu optimum 15°C.
2.
Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang hidup
di daerah suhu antara 15° – 55°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C.
3.
Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup
di daerah suhu tinggi antara 40° – 75°C, dengan suhu optimum 25° – 40°C
Pada tahun 1967 di Yellow Stone Park
ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93° – 94°C.
I.2.
Kelembapan
Pada umumnya bakteri
memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air
dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme
terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan.
I.3. Cahaya
Cahaya sangat
berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme
yang tidak berklorofil.
Sinar ultraviolet
dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang
berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya
terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan
bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan
tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia
tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa
spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri
dengan spora.
Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk
oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena
itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali,
endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di
tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya.
J. Peranan Bakteri
Bakteri
menguntungkan
:
1. Bakteri pengurai
Bakteri saprofit
menguraikan tumbuhan atau hewan yang mati, serta sisa-sisa atau kotoran
organisme. Bakteri tersebut menguraikan protein, karbohidrat
dan senyawa organik lain menjadi CO2, gas amoniak, dan
senyawa-senyawa lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu keberadaan bakteri
ini sangat berperan dalam mineralisasi di alam dan dengan cara ini bakteri
membersihkan dunia dari sampah-sampah organik.
2. Bakteri
nitrifikasi
Bakteri nitrifikasi
adalah bakteri-bakteri tertentu yang mampu menyusun senyawa nitrat dari amoniak
yang berlangsung secara aerob di dalam tanah. Nitrifikasi terdiri atas dua
tahap yaitu:
Oksidasi amoniak menjadi
nitrit oleh bakteri nitrit. Proses ini dinamakan nitritasi.
Oksidasi senyawa nitrit
menjadi nitrat oleh bakteri nitrat. Prosesnya dinamakan nitratasi.
Dalam bidang pertanian,
nitrifikasi sangat menguntungkan karena menghasilkan senyawa yang diperlukan
oleh tanaman yaitu nitrat. Tetapi sebaliknya di dalam air yang disediakan untuk
sumber air minum, nitrat yang berlebihan tidak baik karena akan menyebabkan
pertumbuhan ganggang
di permukaan air menjadi berlimpah.
3. Bakteri nitrogen
Bakteri nitrogen adalah
bakteri yang mampu mengikat nitrogen bebas dari udara dan mengubahnya menjadi suatu
senyawa yang dapat diserap oleh tumbuhan. Karena kemampuannya mengikat nitrogen
di udara, bakteri-bakteri tersebut berpengaruh terhadap nilai ekonomi tanah
pertanian. Kelompok bakteri ini ada yang hidup bebas maupun simbiosis. Bakteri
nitrogen yang hidup bebas yaitu Azotobacter chroococcum, Clostridium pasteurianum, dan Rhodospirillum
rubrum. Bakteri nitrogen yang hidup bersimbiosis dengan tanaman
polong-polongan yaitu Rhizobium leguminosarum, yang hidup
dalam akar membentuk nodul atau bintil-bintil akar. Tumbuhan yang bersimbiosis
dengan Rhizobium banyak digunakan sebagai pupuk hijau seperti Crotalaria,
Tephrosia, dan Indigofera. Akar tanaman polong-polongan tersebut
menyediakan karbohidrat dan senyawa lain bagi bakteri melalui kemampuannya
mengikat nitrogen bagi akar. Jika bakteri dipisahkan dari inangnya (akar), maka
tidak dapat mengikat nitrogen sama sekali atau hanya dapat mengikat nitrogen
sedikit sekali. Bintil-bintil akar melepaskan senyawa nitrogen organik ke dalam
tanah tempat tanaman polong hidup. Dengan demikian terjadi penambahan nitrogen
yang dapat menambah kesuburan tanah.
4.
Bakteri usus
Bakteri Entamoeba
coli hidup di kolon (usus besar)
manusia, berfungsi membantu membusukkan sisa pencernaan juga menghasilkan
vitamin B12, dan vitamin K yang penting dalam proses pembekuan darah. Dalam organ
pencernaan berbagai hewan ternak dan kuda, bakteri anaerobik membantu
mencernakan selusosa rumput menjadi zat yang
lebih sederhana sehingga dapat diserap oleh dinding usus.
5. Bakteri fermentasi
Beberapa makanan hasil fermentasi dan
mikroorganisme yang berperan:
No.
|
Nama produk atau makanan
|
Bahan baku
|
Bakteri yang berperan
|
1.
|
Yoghurt
|
Susu
|
|
2.
|
Mentega
|
Susu
|
|
3.
|
Terasi
|
Ikan
|
|
4.
|
Asinan buah-buahan
|
buah-buahan
|
|
5.
|
Sosis
|
Daging
|
|
6.
|
Kefin
|
Susu
|
6. Bakteri penghasil
antibiotik
Antibiotik
merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat
terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Beberapa bakteri yang menghasilkan
antibiotik adalah:
Bakteri merugikan :
1. Bakteri perusak makanan
Beberapa spesies
pengurai tumbuh di dalam makanan. Mereka mengubah makanan dan mengeluarkan
hasil metabolisme
yang berupa toksin (racun). Racun tersebut berbahaya bagi kesehatan manusia.
Contohnya:
1.
Clostridium botulinum, menghasilkan
racun botulinin, seringkali terdapat pada makanan kalengan
2.
Pseudomonas cocovenenans,
menghasilkan asam bongkrek, terdapat pada tempe bongkrek
3.
Leuconostoc mesenteroides, penyebab
pelendiran makanan
2. Bakteri denitrifikasi
Jika oksigen dalam
tanah kurang maka akan berlangsung denitrifikasi, yaitu nitrat direduksi
sehingga terbentuk nitrit dan akhirnya menjadi amoniak yang tidak dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Contoh bakteri yang menyebabkan denitrifikasi
adalah Micrococcus denitrificans dan Pseudomonas denitrificans.
3.
Bakteri patogen
Bakteri penyebab penyakit pada manusia:
No.
|
Nama bakteri
|
Penyakit yang
ditimbulkan
|
1.
|
Tifus
|
|
2.
|
Disentri basiler
|
|
3.
|
Kolera
|
|
4.
|
Influensa
|
|
5.
|
Pneumonia (radang
paru-paru)
|
|
6.
|
TBC paru-paru
|
|
7.
|
Tetanus
|
|
8.
|
Meningitis (radang selaput
otak)
|
|
9.
|
Gonorrhaeae (kencing nanah)
|
|
10.
|
Sifilis atau Lues atau raja
singa
|
|
11.
|
Lepra (kusta)
|
|
12.
|
Puru atau patek
|
Bakteri penyebab penyakit pada hewan:
No.
|
Nama bakteri
|
Penyakit yang
ditimbulkan
|
1.
|
Brucellosis pada sapi
|
|
2.
|
Mastitis pada sapi (radang
payudara)
|
|
3.
|
Antraks
|
|
4.
|
Bengkak rahang pada sapi
|
|
5.
|
Penyakit pada ikan
|
Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:
No.
|
Nama bakteri
|
Penyakit yang
ditimbulkan
|
1.
|
Menyerang pucuk batang padi
|
|
2.
|
Menyerang tanaman kubis
|
|
3.
|
Penyakit layu pada famili
terung-terungan
|
|
4.
|
Penyakit bonyok pada
buah-buahan
|
4. Dekomposisi
Bakteri bekerja secara
terstruktur dalam proses degradasi organisme atau proses pembusukan mayat.
Proses pembusukan berawal dari mikroorganisme, misalnya bakteri-bakteri yang
hidup di dalam usus besar manusia. Bakteri tersebut mulai mendegradasi protein
yang terdapat dalam tubuh. Jika seluruh jenis ikatan protein sudah terputus,
beberapa jaringan tubuh menjadi tidak berfungsi. Proses ini disempurnakan
bakteri yang datang dari luar tubuh mayat, bisa berasal dari udara, tanah,
ataupun air. Seluruh jenis bakteri ini menyerang hampir seluruh sel di tubuh
dengan cara menyerang sistem pertahanan tubuh yang tidak lagi aktif,
menghancurkan jaringan otot, atau menghasilkan enzim penghancur sel yang
disebut protease. Kemudian dengan
berbagai jenis metabolisme, mikroorganisme mulai memakan jaringan mati dan
mencernanya. Tak jarang kerja proses ini dibantu reaksi kimia alami yang
terjadi dalam organisme mati.
5. Bakteri heterotrof
Tidak semua
mikroorganisme mampu mendegradasi mayat. Kebanyakan mereka berasal dari jenis
bakteri heterotrof. Bakteri ini membutuhkan molekul-molekul organik dari
organisme lain sebagai nutrisi agar ia dapat bertahan hidup dan berkembang
biak. Berbeda dengan bakteri autotrof yang mampu menghasilkan makanan sendiri
dengan CO2 sebagai nutrisi makro serta bantuan
dari cahaya matahari atau sumber energi kimia lainnya.
Jenis bakteri heterotrof
biasanya hidup dan berkembang biak pada organisme mati. Mereka mendapatkan
energi dengan menguraikan senyawa organik pada organisme mati. Molekul-molekul
besar seperti protein,
karbohidrat,
lemak, atau se nyawa
organik lain didekomposisi metabolisme tubuh bakteri tersebut menjadi
molekul-molekul tunggal seperti asam amino,
metana, gas CO2,
serta molekul-molekul lain yang mengandung enam nutrisi utama bakteri, yaitu
senyawa-senyawa karbon
(C), hidrogen
(H), nitrogen
(N), oksigen
(O), fosfor (P),
serta sulfur
(S).
6. Kumpulan
unsur organik
Tubuh mayat adalah
tempat hidup, sumber makanan, serta tempat berkembang biak bakteri-bakteri
tersebut, karena tubuh terdiri dari kumpulan protein, karbohidrat, lemak, atau
senyawa organik dan anorganik lain. Secara biologis, tubuh makhluk hidup
(khususnya manusia) kumpulan dari unsur-unsur organik seperti C, H, N, O, P, S,
atau unsur anorganik seperti K, Mg, Ca, Fe, Co, Zn, Cu, Mn, atau Ni.
Keseluruhan unsur tersebut dibutuhkan bakteri heterotrof sebagai sumber nutrisi
alias makanan utama mereka. Sementara cairan-cairan dengan pH (tingkat keasaman suatu
larutan) tertentu yang berada dalam tubuh manusia adalah media kultur
(lingkungan) pertumbuhan yang baik bagi bakteri-bakteri tersebut.
7. Bau busuk
Bau busuk dari tubuh
mayat tidak hanya mengganggu, namun juga membahayakan. Pembusukan dimulai
dengan pemutusan ikatan protein-protein besar pada jaringan tubuh oleh bakteri
fermentasi menggunakan enzim protease. Kumpulan hasil pemutusan ikatan protein
yang disebut asam amino ini dicerna berbagai jenis bakteri, misalnya bakteri
acetogen. Bakteri ini mereaksikan asam amino dengan oksigen dalam tubuhnya
untuk menghasilkan asam asetat, hidrogen, nitrogen, serta gas karbon dioksida.
Produk asam asetat ini menimbulkan bau.
Asam asetat
yang dihasilkan ini diproses kembali oleh bakteri jenis methanogen, misalnya Methanothermobacter thermoautotrophicum
yang biasa hidup di lingkungan kotor seperti selokan dan pembuangan limbah (septic tank). Asam asetat
direaksikan dalam sel methanogen dengan gas hidrogen dan karbon dioksida untuk
menghasilkan metana,
air, dan karbon
dioksida. Metana dalam bentuk gas juga menghasilkan bau busuk.
Selain asam asetat dan
gas metana, beberapa bakteri menghasilkan gas hidrogen sulfida yang baunya
seperti telur busuk. Lebih dari itu, bau busuk mayat di lautan yang bercampur
dengan uap garam bersifat racun, karena mampu mereduksi konsentrasi elektrolit
dalam tubuh.
Produk berbahaya selain
gas yang dihasilkan adalah cairan asam dan cairan lain yang mengandung protein
toksik. Jika cairan-cairan ini sempat menginfeksi kulit yang luka atau terkena
makanan, bukan hanya produk beracun yang dapat masuk ke dalam tubuh tetapi juga
bakteri heterotrof patogen seperti clostridium.
Bakteri serta produk
beracun ini dapat menginfeksi manusia lewat kontaminasi makanan, minuman, atau
luka di kulit. Karena adanya saluran masuk ini, maka berbagai penyakit seperti malaria, diare, degradasi sel
darah merah, lemahnya sistem pertahanan
tubuh, infeksi pada luka (tetanus), bengkak, atau infeksi pada alat
kelamin menjadi ancaman yang serius.
Cara mengatasi serangan
mikroorganisme ini adalah dengan menjaga makanan dan minuman tetap steril,
yaitu dengan dipanaskan. Mencuci tangan dan kaki dengan sabun antiseptik cair
sebelum makan. Menjaga lingkungan agar steril dengan cara menyemprotkan obat
pensteril.
Bakteri-bakteri tersebut
juga dapat dicegah pertumbuhannya dengan cara meminum obat antibiotik atau
suntik imunitas. Sifat-sifat inilah yang harus dipahami dengan cara mengikuti prosedur
standar penanganan mayat. Antara lain menggunakan masker standar minimal WHO (tipe N-95), memakai
sarung tangan khusus, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah mengangkat satu
mayat. Langkah terbaik adalah segera menguburkan mayat.
Daftar pustaka
Atlas RM (1995). Principles
of microbiology. St. Louis: Mosby.
ISBN
0-8016-7790-4.
Martinko JM, Madigan
MT (2005). Brock Biology of Microorganisms, 11th ed., Englewood Cliffs, N.J: Prentice Hall. ISBN
0-13-144329-1.
Holt JC, Bergey DH
(1994). Bergey's manual of determinative bacteriology, 9th ed., Baltimore: Williams & Wilkins. ISBN
0-683-00603-7.
Hugenholtz P, Goebel
BM, Pace NR (1998). "Impact
of culture-independent studies on the emerging phylogenetic view of bacterial
diversity". J Bacteriol 180 (18): 4765–74.
Funke BR, Tortora GJ,
Case CL (2004). Microbiology: an introduction, 8th ed,, San Francisco: Benjamin Cummings. ISBN
0-8053-7614-3.
Komentar
Posting Komentar